Inflasi menurut KBBI Edisi V adalah kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. Secara sederhana, inflasi kita definisikan sebagai turunnya daya beli uang. Uang dalam jumlah sama seiring waktu tidak mampu untuk membeli barang yang senilai atau sama.
Data inflasi tahunan diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia. Data inflasi jangka panjang kita pakai sebagai tolok ukur tujuan investasi yang bersifat jangka panjang. Semoga bermanfaat.
Inflasi Indonesia 10 Tahun (2007-2016)

Data Inflasi Indonesia 10 Tahun Terakhir
Tahun | Inflasi | Nilai Uang Rp1.000.000 Menjadi |
---|---|---|
2007 | 7,40% | Rp926.000 |
2008 | 11,06% | Rp823.000 |
2009 | 2,78% | Rp800.689 |
2010 | 6,96% | Rp744.961 |
2011 | 3,79% | Rp716.727 |
2012 | 4,30% | Rp685.908 |
2013 | 8,36% | Rp628.566 |
2014 | 8,36% | Rp576.018 |
2015 | 3,35% | Rp556.721 |
2016 | 3,02% | Rp539.908 |
Sumber: BPS, diolah dari riset Bolasalju.
Dari data di atas, rata-rata inflasi tahunan umum Indonesia selama 10 tahun adalah 5,94% per tahun. Menggunakan kalkulasi akumulasi penurunan nilai setelah inflasi 10 tahun, nilai uang secara akumulatif turun -46,01%, jika disetahunkan inflasi terjadi 5,98% Year on Year (YoY). Hanya selisih tipis. Untuk alasan agar mudah diingat, dalam setiap artikel/diskusi kita bulatkan inflasi tahunan 10 tahun adalah 6% per tahun.
Inflasi tahunan umum adalah rata-rata kenaikan harga dari seluruh barang yang disurvei oleh Badan Pusat Statistik dalam setahun. Karena bersifat rata-rata inflasi umum, kita harus paham bahwa mungkin ada biaya yang naiknya kurang dari rata-rata itu; di sisi lain, ada biaya yang kenaikannya lebih besar dari angka tersebut.
Kenaikan harga terjadi setiap saat, di mana saja, tak peduli negara dan rezim siapa. Pada masa pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau pak Joko Widodo (Jokowi) kenaikan harga juga terjadi. Yang berbeda adalah persentase kenaikannya dan kecepatan naiknya.
Kenaikan Harga Setelah Inflasi 6% per Tahun
Dengan asumsi inflasi indonesia 10 tahun sebesar 6% per tahun, jika harga asal Rp1 juta, maka dalam beberapa tahun kenaikannya akan seperti:
- Dalam 5 tahun harganya akan jadi Rp1,2 juta
- Dalam 10 tahun harganya akan jadi Rp1,8 juta
- Dalam 20 tahun harganya akan jadi Rp3,2 juta
- Dalam 30 tahun harganya akan jadi Rp5,7 juta.

Ancaman Inflasi
Bila kita menyimpan uang dalam deposito dengan bunga 4% sementara inflasi rata-rata 6%, hasil deposito itu 10 tahun kemudian tak akan mampu membeli barang sama yang 10 tahun lalu ingin kita beli. Kita ubah barang itu dengan: rencana pensiun, rencana perjalanan spiritual ke Mekkah, atau ke Yerusalem, maka kita tak akan mampu mencapai rencana itu.
Inflasi tak bisa dihindari. Inflasi seperti takdir. Dia pasti hadir.
Tujuan kita mempelajari inflasi dan ancamannya terhadap keuangan kita di masa depan adalah agar kita tahu bahwa mereka adalah ancaman nyata. Dengan mempelajarinya, kita akan tahu cara menghadapinya.
Nilai Waktu Uang
Karena efek inflasi inilah maka tak layak menyimpan uang dengan didiamkan begitu saja. Makanya ada istilah time value of money. Nilai waktu uang. Uang kita harus bertambah. Kalau tidak bertambah maka kita rugi sendiri. Dari situlah kita harus mengatur dan memilih instrumen penyimpanan uang yang sepadan.
Bila kita menyimpan uang dalam deposito dengan bunga 4% sementara inflasi rata-rata 5,12%, maka setelah 8 tahun kemudian (dalam contoh ilustrasi di atas), kita sebenarnya sudah tidak mampu membeli barang sama yang 8 tahun lalu ingin kita beli. Kita ubah barang itu dengan: rencana pensiun, rencana perjalanan spiritual ke Mekkah, atau ke Yerusalem, maka kita tak akan mampu mencapai rencana itu semua kalau kita hanya memakai model penyimpanan cara biasa atau bahkan deposito.
Memerangi Inflasi
Untuk bisa mencapai target rencana keuangan di masa jangka panjang, kita harus mencari instrumen investasi yang peluang perolehannya jauh lebih besar daripada inflasi. Belum ada deposito yang menawarkan buang di atas 5%, seberapa besar pun dana Anda. Kecuali Anda dapat deal khusus dari bankir.
Di sinilah instrumen investasi saham, reksadana dan unit link punya keunggulan kompetitif. Secara rata-rata, investasi ini bisa mengalahkan inflasi. Katakanlah kita bisa mengolah portofolio saham dengan perolehan rata-rata 10% per tahun, maka kita sudah jauh lebih baik daripada di deposito. Dengan cara itu kita bisa memerangi inflasi.
Sumber: Riset Inflasi Tahunan Indonesia 10 Tahun di Bolasalju.com, April 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar